Si Masih Kecil dan Si Sudah Besar.


'kamu masih kecil.'
'kamu sudah besar.'

Akhir-akhir ini saya cukup banyak menghabiskan waktu bersama sebuah keluarga mungil. Pasangan muda yang dikaruniai dua kurcaci manis nan menggemaskan. Hal menarik yang saya temukan adalah, kebiasaan turun-temurun para orangtua (yang sampai sekarang masih berlaku, termasuk si pasangan muda ini) dalam memberikan alasan atas larangan ataupun perintah yang mereka berikan. Yep. Dua buah kalimat sakti di atas.

'kamu masih kecil' --> senjata pemungkas untuk yang umumnya bersifat larangan. misalnya seperti: nggak boleh main laptop, nggak boleh nonton TV sampe malam, harus tidur cepat, blablabla.

sedangkan statement berikutnya:

'kamu sudah besar.' --> digunakan untuk kondisi yang sifatnya mengajarkan mereka untuk mandiri, mengambil tanggung jawab, menghadapi konsekuensi. misalnya: tidur di kamar sendiri nggak ditemani orangtua, makan sendiri, beresin mainan sendiri, ambil minum sendiri, blablabla.

Dan lucunya, nggak jarang pasangan muda tersebut menggunakan dua statement kontradiktif tersebut dalam waktu yang nggak terpaut jauh, meski dalam konteks dan kondisi yang jelas berbeda. Yang artinya, besar-kecil anaknya nggak sepenuhnya ditentukan dari usianya saat itu. Tapi pada kondisi yang dihadapinya.
Di hari yang sama, seorang anak bisa diperlakukan sebagai anak yang 'masih kecil' dan mendapat larangan ini itu, sedangkan pada menit berikutnya bisa saja diperlakukan sebagai anak yang 'sudah besar' dengan dorongan untuk berani mengambil keputusan X atau belajar mandiri dalam hal Y.

Di sisi lain dalam kehidupan saya, menariknya, itulah yang sekarang sedang saya alami. Dalam usia terpaut sekitar 20 tahun dengan kedua bocah tersebut, saya masih merasakan momen-momen 'masih kecil' maupun 'sudah besar' tersebut. 
Oke, satu-satu saya jelaskan.

Saya tumbuh dalam kondisi lingkungan cukup beragam.

Dari segi keluarga. Keluarga besar dengan akar budaya kuat. Sanak saudara bejibun, family tree berakar-cabang-ranting. Belum lagi dengan budaya family business yang kuat, yang mana mulai saya terjuni hari-hari ini. Di sinilah konteks 'masih kecil' tersebut muncul. Sebagai newbie dalam realita family-tree-business, saya ibaratnya masih sepotong ranting percabangan kecil yang belakangan baru mencuat. Baru kembali. Baru masuk. Baru join. Serba Baru. Baru mulai.
Masih kecil.

Dari segi lingkungan pergaulan. Di usia 12-13 tahun saya mulai tertanam dan aktif dalam komunitas sebuah gereja kecil di kampung halaman. Bergaul cukup karib dengan 'koko-cece' yang rata-rata berusia 7-10 tahun di atas saya akhirnya bukanlah hal baru. Terbiasa dalam pergaulan dengan orang yang lebih tua membuat saya selalu merasa 'masih kecil.' Dan sebaliknya dianggap 'masih kecil.' Dalam kacamata mereka, saya selalu berstatus anak 'sekolah' yang menempuh studi. Waktu mereka sudah kuliah tingkat akhir saya masih berseragam putih-biru. Waktu mereka mulai meniti karir saya masih berseragam putih-abu. Waktu satu per satu dari mereka mulai menikah saya baru mulai berseragam 'bebas.' Waktu mereka satu per satu menambah bontot-bontot yang lain, saya mulai merantau. Dan akhirnya kini, ketika sudah tidak ada embel-embel aktivitas 'studi' formal dalam agenda saya, ketika saya akhirnya kembali dari masa perantauan dengan tambahan kacamata kehidupan, saya menuai banyak sekali pernyataan

'wah.. kamu sudah besar ya sekarang.'


Entah kebetulan entah telepati. Tapi dalam momen-momen yang hampir mirip, itu pula hal yang saya rasakan secara pribadi di tengah masa perantauan. Ketika saya diizinkan tertanam di komunitas gereja lain di ibukota. Mulai terjun dalam pelayanan pelajar SMP-SMA an.
Menyaksikan sisi-sisi pribadi 'saya yang dulu', saya dibawa pada fakta bahwa 'heyyyy now i am that 'koko-cece'! :s I'm the 20something, and they're the somethingTeen....' atau dengan kata lain.
Saya sudah besar.

Sama seperti duo kurcaci K&S yang masih mengalami momen 'masih kecil' dan 'sudah besar' tersebut dalam usia-usia balitanya. Saya juga seperti itu. Dan saya rasa, akan selalu seperti itu. 'Masih kecil' artinya masih butuh bimbingan dan pembelajaran. 'Sudah besar' artinya sudah waktunya mengambil keputusan dan tanggung jawab. Keduanya adalah proses yang terus saling melengkapi dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu, bertambahnya usia, meluasnya cakupan kehidupan. Ketika satu poin mulai berdiri sendiri, saya rasa akan ada ketimpangan yang terjadi.

Terus-terusan merasa 'masih kecil' ya akan selamanya jadi anak bawang yang bersembunyi dalam ketiak atau dominasi pengambil keputusan dalam kehidupan. Enggak berani ambil tangggung jawab, enggak berani menghadapi konsekuensi perbuatan.
Sebaliknya terlalu merasa 'sudah besar', sudah bisa melakukan semuanya seorang diri akan membentuk saya jadi pribadi yang enggak butuh siapa-siapa. Super-human. Enggak butuh orang, enggak butuh Tuhan. Semua pencapaian yang diraih akan dianggap sebagai resultan 'kesudahan besar' saya.

:) Jadi, saya bersyukur untuk ragam momen menarik, berikut lucu. Saya menikmati proses ketika akhirnya saya bisa menerima bahwa saya memang 'masih kecil.' Enggak terus-terusan menuntut diperlakukan 'sudah besar'. Atau berusaha merengkuh bukti nyata sampai ke titik memperoleh pengakuan bahwa saya memang 'sudah besar.'

Di sisi yang lain, saya juga sadar bahwa memang sudah 'waktu'nya bagi saya untuk mulai ambil tanggung jawab jika ingin berkontribusi secara nyata. Apa yang dijalani sekarang adalah hasil keputusan nyata seseorang yang paham jelas apa yang sedang ia lakukan. Bukan karena kondisi, bukan karena menang kalahnya argumen. Bukan karena tidak ada pilihan. Yes, bagi saya, salah satu kalimat yang paling anti disebutkan orang yang 'sudah besar' adalah: 'ya memang tidak ada pilihan.' Orang yang 'sudah besar' itu selalu punya pilihan. Selalu bisa memilih. Dan sewajarnya menikmati ups berikut menghadapi downs apapun dari pilihannya.

Tentu saja definisi dari 'masih kecil' - 'sudah besar' tersebut akan seterusnya berkembang. Seiring dengan berkembangnya kehidupan seorang pribadi. Nggak lucu juga kalo dari lahir sampe mati definisi 'masih kecil' masih terkotak dalam larangan 'enggak boleh buka internet sendirian.' Atau juga definisi 'sudah besar' cuma dalam lingkup 'harus bisa makan-mandi-beresin mainan sendiri.' Makan-mandi-main arti eksplisit tentunya :p.

And well, Saya bersyukur bahwa saya bisa berada dalam pemahaman bahwa persepsi kecil-sudah besarnya saya bukan ditentukan semata oleh perubahan model rambut, cara berpakaian, bertambahnya wawasan, kedetailan cara ngomong ataupun titel akademis saya.
Namun karena self-acceptance saya tentang poin-poin dalam kehidupan saya.
Keputusan untuk menerima, mengakui, dan memang kemauan.
Untuk terus menjadi 'kecil'.
Untuk terus menjadi 'besar.'

Kontradiksi yang saling membutuhkan. tarik-menarik.
Namun menarik.

Masih dalam rangkaian selebrasi #24, tulisan ini dibuat terutama karena ucapan ulang tahun salah seorang sahabat baik saya, plus ibu dari dua kurcaci yang memang kerap kali mengucapkan statement MK dan SB tersebut.

"Happy Birthday Valen, anak kecil yang sekarang sudah besar."

MK-SB. Saya akan selamanya menyimpan kedua sisi tersebut.

Lover. Dreamer. Learner.

Comments