Rekalkulasi Rute

Jujur saja, dua kata berawalan R itu sempat menjadi mimpi buruk pada masa-masa awal saya menyetir di Jakarta, dan sekitarnya. 
Kok bisa?

Well, sebagai manusia yang kurang pandai menghapal jalan (di Surabaya aja nyasar melulu), satu-satunya acuan saya dalam menunjukkan arah di ibukota ini adalah GPS tercinta, yang belakangan saya panggil 'Mbak Mitta' (karena merk nya Mitta). Awal-awal, saya merasa super terganggu dengan celotehan Mbak Mitta yang super berisik. Dikit-dikit '200 meter lagi belok kiri', '100 meter lagi belok kiri', 'tetap di jalur kanan', apa lah apa lah. Bayangkan, semua itu disampaikan dengan nada dan logat khas ibu-ibu yang ngasi pengumuman halo-halo di tempat umum yang datar dan sok berwibawa itu. :s Dannn, celetukan Mbak Mitta yang bikin saya paling uring-uringan itu adalah kalimat 'Rekalkulasi Rute.'

Rekalkulasi Rute adalah 'istilah' yang keluar dari mulut (atau speaker) Mbak Mitta, ketika saya salah mengikuti panduan arah yang diberikannya, dan dia akan segera menunjukkan jalan lain, disesuaikan dengan 'kesalahan' yang sudah saya perbuat. 

Saya ingat, khususnya minggu-minggu pertama saya berduaan dengan Mbak Mitta, masa-masa mengikuti panduannya menjadi masa yang penuh rasa deg-deg an cemas berkepanjangan. Apalagi kalo udah menemui jalan persimpangan, perempatan, percabangan jalan, atau belokan yang enggak nampak jelas antara di GPS dengan jalan aslinya. Dan begitu keluar kata 'Rekalkulasi Rute'..... langsung panik, deg2an, dan merasa 'gagal lagi deh' lah saya... (bisa seekstrim itu).


Yang bikin saya langsung sebel itu adalah, kenyataan bahwa 'saya salah!', dan selanjutnya itu biasa diikuti dengan kecemasan natural macam 'gawat! gimana ini! bisa nyampe ke tempat tujuan gak! tambah muter dong, tambah 'macet' dongg! tambah ini dong! (pokoknya bayangannya langsung tambah yang jelek-jelek).
 
Namun setelah penyesuaian beberapa bulan, lama kelamaan saya jadi biasa aja tuh denger kata 'rekalkulasi rute.' Bukan berarti saya cuek saya udah salah dan makin bahagia dengan kesalahan saya itu. Tapi, kali ini, sepertinya otak saya udah lebih bisa bekerja. Betul memang ucapan 'rekalkulasi rute' itu baru keluar setelah kita melakukan 'kesalahan' yang tidak sesuai panduan. Tapi bukankah kalimat itu juga berarti 'telah ditunjukkan rute baru yang disesuaikan dengan kesalahan Anda'. Intinya, tetap ada rute menuju tempat tujuan kan?

Yang artinya, 'rekalkulasi rute', bukanlah hal yang perlu ditakutkan kan?
'Kesalahan' bukan alasan ketakutan kan?
Dan yang terakhir, perputaran rute, itu bukanlah masalah besar kan?

Bukan berarti sengaja disalah-salah in, dan sengaja di puter-puter in dan jadinya perjalanan gak efektif dan gak efisien blas (itu bodo namanya).
Maksud saya, ada kalanya, waktu kita clueless, dan memang harus ada 'rekalkulasi' atau perubahan rencana dari rencana awal, itu, that's not a big deal to be worried.
Yang penting, kita paham kenapa kita bisa rekalkulasi (oh, jadi tadi maksudnya beloknya beneran di belokan mungil itu, misalnya).
Dan terakhir, kita tetap berpegang, menuju titik tujuan, yang sama.

And the beautiful thing i find lately about my life route, is exactly the same thing as that 'rekalkulasi rute'. :)

Saya menjumpai arah yang saya tempuh sekarang, bakal melalui rute yang mungkin tidak saya harapkan sebelumnya, atau cenderung saya hindari. Jika akhirnya saya putuskan untuk melalui rute ini, karena saya tahu saya terbangun dengan kepala bekerja dan hati merasa. Saya tahu jelas apa yang saya lakukan. Saya siap menjalani rute ini. Dan tujuan akhir itu, masih jelas terpatri di benak saya.

Meski saya jujur masih belum paham dengan jelas, kalau lewat rute yang ini, selanjutnya mesti belok ke mana, atau muter ke mana ya, untuk sampai ke tempat tujuan?

Eh tapi kalo untuk urusan rute hidup, saya punya yang lebih hebat dari Mbak Mitta.
:) Saya punya 'Dia.'
Penulis cerita hidup saya, yang udah janjiin 'keamanan' dan 'kepastian' rute nya. :)
Ditambahi satu unsur lagi kataNya, 'surprising.'

Rekalkulasi Rute? I am excited enough to explore that new route!

Redefined. Repackaged. Remembered.

Comments