A Simplicity from the Past

Melihat foto diri di masa lampau agaknya sering membuat kita tersimpul sendiri.
Lucu.
Dulu, mendapatkan piagam dan piala 'mainan' juara kelas, dipanggil di tengah lapangan upacara, menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Sampai rumah, piagamnya, dan terkhusus, pialanya akan saya pandangi sampai saya terlelap rasanya. *lebay*
Sekarang, pialanya ditaruh di sudut mana di lemari pajangan rumah, saya juga udah lupa.
Yeah. Agak ironis juga.
~

Membaca tulisan sendiri di masa lampau agaknya juga membuat kita tersimpul 'lucu' sendiri.
Saya tiba-tiba teringat komentar yang saya berikan kepada seorang kawan di kala ia mengalami sesuatu yang mirip saya alami sekarang.


"i know how it feels..
at somehow..
if you really don't have a big barrier for that..
u just can let it flow..
u don't need to stop that

you have to thank for having that 'freedom'
to think about that person..:)"

Heee.. pernah mikir atau ngomong kayak gitu ya dulu saya...
Sederhana sekali ya permintaan saya...
Sederhana sekali ya alasan saya untuk bersyukur...


Dan hari ini, tanpa sadar, ketika permintaan itu telah dikabulkan,
dalam bentuk yang sederhana itu, saya lupa.
Lupa betapa berharganya kesederhanaan itu.

Hari ini, setiap kali saya mulai berkeluh kesah kepada diri saya sendiri,
saya mau mengingat sepenggal kalimat yang pernah saya lontarkan sendiri sekitar 1,5 - 2 tahun lalu itu.
Saya mau menghargai kesederhanaan yang
pernah menjadi sebuah 'harta' bagi saya di masa lampau itu. :)

DREAM Unlimited, LEARN the Unexpected, ACT Unconditionally

Comments