I'll leave this door half open and go on in life.
For I'll never know one day if I might decide to enter it again
@TheRandomWords
It was absolutely my last decision about him...
Yea, itulah keputusan terakhir yang saya buat beberapa bulan lalu, setelah akhirnya saya merasa bisa berpikir cukup 'jernih.' Tidak menutup pintu tersebut rapat-rapat, tidak juga membukanya lebar-lebar. Bukan karena saya takut untuk mengambil resiko, entah resiko berjuang habis-habisan atau menyerah habis-habisan. Bukan karena saya memilih untuk safe play.
Saya tidak pernah main-main dalam hal yang berurusan dengan ketertarikan dengan lawan jenis. Beberapa orang di sekitar saya malah sering menganggap saya terlalu ortodoks, konservatif, melihat reaksi dan respon saya yang terkesan terlalu 'serius.' Tidak mau coba-coba, berpikir panjang (atau bahkan terlalu panjang), termasuk hal masa depan. Saya tidak akan mengambil langkah lebih lanjut selama saya sendiri masih belum yakin dengan masa depan saya. Saya tidak akan mengambil langkah lebih lanjut selama saya belum yakin siapa 'dia' luar-dalam. Bagi saya, reaksi kimiawi efek dopamin tidak bisa dijadikan dasar sama sekali untuk mengambil keputusan 'ya' atau 'tidak'. Atau dalam analogi saya, 'buka' atau 'tutup' pintu.
Aneh juga. Lebih tepatnya, aneh sekali. Dengan prinsip buka-tutup pintu saya yang tadi itu, saya sendiri juga terheran-heran, bagaimana bisa ya dulunya dia sempat memasuki pintu saya tersebut? Bagaimana bisa ya dia terlintas dalam benak saya? Sampai hari ini saya juga masih belum punya jawabannya.Tentu dia bukan makhluk lawan jenis pertama yang saya kenal atau yang menumbuhkan rasa ketertarikan dalam diri saya. Salah satu, pertanyaan terbesar yang masih belum bisa saya jawab dan berpengaruh besar bagi keputusan saya untuk menutup atau membuka pintu itu adalah, "Siapa dia?" "Siapa kamu?" "Siapa Anda?"
Bukannya saya nggak kenal dia. Secara durasi waktu, saya dan dia memang bukan totally strangers, namun yang membuat saya sungguh heran, dia jauh dari bayangan ideal tentang bagaimana seharusnya sosok yang bisa membuat saya tertarik itu berasal. Dia tidak berasal dari komunitas saya, hampir sama sekali. Intensitas pertemuan saya dan dia juga sungguh jarang. Dan dengan serangkaian kisah roman yang sedikit banyak pernah saya kecap dalam hidup, momen di mana dia mulai memasuki 'pintu' tersebut adalah momen yang sungguh tak terduga. Di saat saya merasa benar-benar memutuskan untuk take a 'break' dari dunia pe-roman-an, di saat saya merasa apa yang hmm namanya patah hati (karena 'kebodohan' sendiri), di saat saya merasa chemistry sudah tidak bisa diandalkan, di saat saya sudah tidak paham bagaimana melihat sosok yang sebenarnya saya butuhkan, di saat saya merasa 'inilah waktunya mengejar impian dan cita-cita saya.' Di saat itulah, dia mulai memasuki pintu tersebut, yang anehnya, bukan untuk pertama kalinya, namun kali ini, dengan kapasitas yang lebih besar.
The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.
*special thanks to Bebe, inspiring me to finally write this post.
Hahahaha.. Thanks for link-ing my link there Len :P You know what, I'm checking your blog because I'm sure you've already put your story here, and I'm right! So "where he is" now? Still "there"? :P
ReplyDeleteNice post btw!
hahahaha! thank u be for giving me inspiration and courage. u know i've posted about him so many times, here, but never directly just like in this post. :p hmmm.. where he is... i guess still there. :D
ReplyDeleteReally? He didnt knew it? Well, yeah i dont know how to answer either, if you ask me back. Still there because the door also still half open? You let it half open, isnt it? ;P dont wanna lose someone like that ya.. hmm..
ReplyDeletei guess he didnt knew it. :D pretty different from ur story ya? still there, hmm yea becasue i let the door half open. hehe.. u too be, never give up answering the question of life, and love, ya!!!
ReplyDelete