What I've Learned from School, Not in Classroom (part 2)

5. Case: Terlibat satu kelompok dengan orang-orang yang sepintas seharusnya bisa kompak, tapi ternyata cuma 'nebeng' dan kelas benalu. Udah gak kerja apa-apa, waktunya ujian, ketika kelompok sedang didesak dosen, dia nya malah pura2 nggak ngerti dan menyalahkan kita2 yang sudah kerja... Bagusssss!

WIL: Yang lebih saya butuhkan adalah orang-orang/ partner yang niat kerja, meski mungkin skill pas2an. Ketimbang yang secara skill oke, tapi niat kerja nol besar. Bahkan lebih parah lagi yang niat-less n skill-less.. Tapi.. as a team.. betul sekali, 1 orang hancur, lainnya bisa jadi hancur. So? Saya belajar gimana jadi 'sukarelawan' alias volunteer.. Itung2 kerja amal gak papa. Saya gak peduli sama nilai. Saya lakukan bagian terbaik yang saya bisa, bagi tugas dengan mereka juga. Titik sampai situ. Kalo mereka tetep g mau ngapa2in, itu pilihan mereka dan ada konsekuensi yang harus ditanggung mereka. Jadi, ujung2nya, saya cuma ajak kerja orang2 yang memang niat. Dan begitulah, di dunia nyata, tidak semua orang bisa kompak dan 100% cocok sama kita. Di sini lah latihan percobaan saya bertemu dengan orang-orang seperti itu.

6. Case: Sampai di separuh perjalanan kuliah, harus memutuskan memilih konsentrasi. Pilih yang aman, tapi bukan sepenuhnya pilihan hati. Atau yang sepenuhnya pilihan hati, tapi cenderung kontroversial?

WIL: Dulu kekhawatiran terbesar saya adalah: apakah pilihan saya ini benar? Apa cukup berjalan mengikuti apa yang menjadi kehendak hati kita? Memang pemilihan konsentrasi bukan langkah super besar. Kasarannya, toh kalo saya salah masuk, gelarnya juga sama, lulusnya juga bisa sama, ruang lingkup kerjanya juga masih bisa mepet2. Tapi ternyata, setelah melewatinya, saya baru sadar. Following our passion is never useless. Kalo ditanya, habis itu mau kerja apa, ada peluang apa? Sekarang perlahan saya semakin mengerti jawabannya. Ketika kita tau passion kita, dan berani habis2an di sana, being excellent di bidang itu. Saya percaya, kesempatan akan datang dengan sendirinya. Orang-orang yang membutuhkan kita lah yang akan cari kita. Dan saya sangat bersyukur, masuk konsentrasi jurnalistik, yang isinya cuma 15 orang (10% dari total angkatan 2006). Yang katanya konsentrasi komunikasi ma(k)ssa. Yang katanya gak usah sekolah bisa dipelajari otodidak. Yang katanya gampang dapet A.
Whatever 'yang katanya' lah...
I'm enjoying this. I've got so much lesson from this. I've met couple new chances from this. And I'm closer to my dreams, because of this.

7. Case: Sebal dengan peraturan2 birokrasi ruwet nan kecil -g sebrapa penting menurutku- yang ternyata jika tidak diikuti berdampak besar bagi perencanaan kuliahku. Gara-gara lupa ngumpulin selembar surat -yang bisa aku dapatkan dalam waktu kuran dari 5 menit-, aku kehilangan 2 peluang sidang seminar....

WIL: Kalo peraturan kecil di dunia kampus gini aja aku g bisa lewatin, gimana nanti pas terjun di dunia kerja yang jauh lebih penuh perang kepentingan dan keuntungan pribadi? Udah pasti tambah aku terabas semua.. So this is a little test to me: gimana sih ketundukan aku sama otoritas (instansi).
So thanks banget buat para dosen yang tetep stick pada peraturan, meski waktu itu aku sempet mencari2 celah kelemahan dari peraturan itu supaya tetep bisa kuliah. :p
And talking about opportunities... actually in real life.. sometimes, there just only 1 opportunities. There's no 2nd opp. while you fail at 1st, and so on.
Jadi.. sekali lagi.. Thanks.. udah mengizinkan aku merasakan 'sedikit' porsi adrenalin -hanya ada sekali kesempatan- ini. Ya meski ga menentukan hidup mati sampai gimana, tapi aku jadi banyak belajar.
Di dunia nyata, persaingan dan tekanan dari sebuah peluang itu jauh lebih keras dari ini.
So thanks again for my lecturers and campus.. for sticking to your 'little but strict' regulation. Terima kasih mengizinkan saya mengincipi sedikit ke-aslian- tekanan dunia nyata.

Well.. dulu saya termasuk golongan orang anti sekolah. Percaya bahwa sekolah isinya cuma kumpulan teori gombal dan fantasi yang tidak reliabel diterapkan di dunia nyata *apalagi di negara kita. Dulu saya berharap, pengen cepat lulus, nyemplung di dunia kerja, dan merasakan yang namanya realitas, bukan simulasi dan permainan.
Namun, Terlepas dari materi pembelajaran akademis yang saya dapat, pembelajaran kehidupan di dunia sekolah ini sangatlah berharga.
Saya nggak bisa bayangin, apa yang saya dapat ya kalau saya gak kuliah di kampus ini, di jurusan ini, di konsentrasi ini?
Gak usah dibayangkan, karena saya sangat bersykur dengan apa-apa saja yang sudah saya lewati 3,5 tahun ini.
Masih ada 1/2 tahun lagi di depan.
Saya percaya akan lebih banyak lagi hal-hal seru yang menanti di sana.
Whatever it will be.. I will always share them all.
Here!

I love my campus!
I love my major!
I love my concentration!
I love my lecturers!
I love my friends!


Coz they give me lots lots of priceless A+++++ life lessons!


The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.

Comments

  1. nice...
    WIL from school? ehm... i don't really remember nih... is it a problem?
    huhu :( valen... aku iri... :p
    tp bntar lg back to student lg kok bentar ^^

    ReplyDelete
  2. hahaha.... ntar kalo uda back to student diinget2 yaaa WIL nya apaaaa
    :)

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!