Pertemuan Pertama Kelas Terakhir Saya

Hari ini adalah pertemuan pertama dari kelas terakhir saya selama perkuliahan jenjang Strata 1 ini..
Semestinya, pada semester 8 ini, jumlah sks dan persyaratan mata kuliah  yang saya punya sudah lebih dari cukup. Saya bisa saja hanya fokus mengerjakan skripsi. Namun, di awal tahun ini, salah seorang dosen jurnalistik saya sempat nyeletuk.  

"Eh, semester ini kurikulum baru jurnalistik buka kelas Manajemen Redaksi Media Cetak, lho. Dosennya Ibu Sirikit."

Tanpa pikir panjang, saya putuskan untuk ikut ambil kelas itu juga.
Alasannya?

Yang pertama, dunia media cetak merupakan passion saya.

Dan selama perkuliahan di konsentrasi jurnalistik, saya merasa pengetahuan seputar dunia manajemen media memang masih minim. Mayoritas mata kuliah yang tersedia adalah mata kuliah teknis. Karena itu, saya tentu bersemangat dengan mata kuliah yang satu ini.





Yang kedua, Ibu Sirikit. 
Saya memang tidak pernah sekalipun bertemu dengannya. Hanya beberapa kali mendengar kiprahnya di dunia media. Beberapa kali. Betul-betul beberapa kali. Hmm.. nggak sampai 10 kali mungkin.. Beberapa kali yang cukup menumbuhkan ketertarikan saya tentang sosok asli wanita ini..

Pertama saya mendengar namanya ketika saya masih tergabung dalam panitia acara LPBT (Lomba Pembaca Berita Televisi) 2007. 'Nama yang unik, cukup mudah membekas di memori.' begitu batin saya. Membaca arsip-arsip pembicara pembekalan tahun-tahun sebelumnya, saya membaca dan sedikit menyimak profilnya sebagai praktisi di dunia media, baik cetak maupun siaran. Dengar-dengar waktu itu, dia sempat menjadi perintis pengajar media di Ilmu Komunikasi UK Petra. Kesan pertama yang ya.. biasa saja sih..


 Kali kedua, yang sangat meninggalkan kesan... Waktu itu, menginjak semester 5 -semester awal konsentrasi jurnalistik-, saya mengikuti kelas Hukum dan Etika Pers. Pada Ujian Akhir Semester, soal yang diberikan hanya satu, yaitu analisa mengenai Kasus Pencemaran Nama Baik Tempo vs Asian Agri.

Kami, para mahasiswa diminta memaparkan analisis kami, Pro pihak mana, dan Kontra pihak yang mana. Kebetulan saat itu, kasus Tempo-Asian Agri juga masih belum jelas siapa pemenangnya. Dosen saya juga tidak mempermasalahkan nilai kami dari siapa yang kami 'pihak', melainkan dari analisis kami dari segi Hukum dan Etika Pers, seputar topik pencemaran nama baik serta hak jawab.

Saya -yang sejujurnya- tidak begitu tertarik mengikuti kasus-kasus ekonomi-politik-hukum negara ini, tentu mau tidak mau harus banyak mencari data seputar kasus itu. Dari membaca, dan khususnya browsing beberapa milis, web, dan juga beberapa blog orang, akhirnya saya mendapati bahwa sosok Sirikit Syah, sangat berperan dalam kasus pengadilan Tempo-Asian Agri tersebut.
Beliau merupakan saksi ahli dari pihak Asian Agri. Hasil 'presentasi'nya dari segi ilmu media mengarahkan bahwa Tempo memang melakukan pencemaran nama baik. Siapa sangka, kesaksian ahli darinya turut memenangkan pihak Asian Agri dalam pengadilan -entah tingkat yang mana, saya agak lupa.-

Yang hendak saya garisbawahi bukan sekedar keberadaannya sebagai ilmuwan media yang mampu memenangkan Asian Agri dalam pengadilan tersebut. Melainkan, hasil 'presentasi'nya yang akhirnya menjadi sangat kontroversial di antara para praktisi maupun pengamat media lainnya. Entah sudah berapa puluh tulisan di milis, blog, atau web yang memojokkan, mencerca, dan memperdebatkan kesaksiannya tersebut. Pro dan kontra (lebih mudah menjumpai kontranya sepertinya) beredaran di mana-mana.
Poin saya di kala itu cuma satu.
Seperti apa sih orangnya?

Kali ketiga saya 'berkaitan' dengan Sirikit Syah. Semester 6, saya mengambil mata kuliah Etika Profesi. Tugas akhir mata kuliah itu, mahasiswa dibagi dalam kelompok sekitar 4 orang, dan diminta untuk mepresentasikan dilema dalam sebuah profesi. Profesi yang dipilih sebisa mungkin terkait dengan jurusan mahasiswanya. Karena kelompok saya terdiri dari anak-anak Ilmu Komunikasi, saya memutuskan untuk memilih dilema dalam profesi 'Analis Media.' Kasus yang saya pilih?  Tempo vs Asian Agri. :)

Dalam presentasi yang menyajikan perdebatan, kami dari kelompok memang harus berupaya memberikan solusi. Dosen saya tidak mengharuskan solusi yang langsung secara nyata bisa diterapkan. Paling tidak, dia ingin setiap mahasiswanya berupaya berpikir dan mengungkapkan gagasannya. Dalam kasus yang saya presentasikan, jujur saya tidak bisa menjawab secara lugas, apa benar atau salahnya. Khususnya ketika di akhir presentasi, dosen saya bertanya,
'Jika kamu berada di posisi Ibu Sirikit, apa yang kamu lakukan: mengambil kasus itu, atau tidak. Apa alasannya?'

'Saya memilih untuk tidak mengambil kasus itu,' singkatnya, begitu jawab saya.

Dan hari ini, saya bertemu dengan sosok yang baru tiga kali -ternyata setelah dihitung- sempat saya perbincangkan tersebut. Dalam bayangan saya, sosok Ibu Sirikit adalah sosok yang sangat lugas, *sangar, tipikal yang susah tersenyum dengan suara keras begitu.
Eh ternyata, salah besar. Ibu Sirikit ternyata berpembawaan kalem, meski lugasnya tetap terasa. Tutur bahasanya halus, meski beberapa kali terlontas bahasa Jowo Suroboyoan juga. Pernyataan-pernyataannya cerdas dan tampak begitu update dengan perkembangan zaman.
Dan dia, sangat murah senyum. Diikuti dengan cara bertutur yang sangat down to earth. *Jauh dari bayangan saya yang serem dan sangar. Meski sepak terjangnya di dunia media sudah begitu hebat, dia tetap mau tuh dengan sabar mendengarkan dan bersemangat menanggapi satu per satu kisah latar belakang 8 orang mahasiswanya untuk terjun di dunia jurnalistik ini. (NB: 1 angkatan jurusan saya rata-rata 150 orang, di angkatan saya -2006- ada 15 org yang masuk jurnalistik, dan angkatan 2007 ini hanya 8 orang).
Saya jadi heran, seperti ini ternyata sosok di balik 'pejuang' media itu? Sosok di balik kontroversi pelaku media se-Indonesia ini?

Anyway, di akhir kelas introduction tadi, Bu Sirikit memaparkan silabus perkuliahan selama 1 semester ini. Dan saya sangaaaat bersemangat menanti setiap topiknya. Beberapa di antaranya adalah:
Struktur Perusahaan Media; Perencanaan & Organisasi; Proses Produksi; Mengenali Khalayak (Segmenting, Positioning, Targeting); Pemasaran, Sirkulasi, Distribusi; Konvergensi; dan juga Visit alias kunjungan ke perusahaan media.

Untuk UTS kita akan diminta juga membuat proposal media yang ingin kita buat, mulai dari konsep, rubrikasi, analisa target audiens, hingga budgeting. Hmm.. SLurp..
2 semester lalu saya sempat ujian dengan topik serupa, dan sepertinya kali ini saya punya ide lain yang lebih fresh. :)

Welcome Semester 8!
Welcome my last class!
Hope I have so much fun, lesson, and closer to my dream!

P.S. I've never felt so excited go to school like this.. :) 
Learning what you love, and loving what you learn is soooo great!
Thanks God for this chance. I won't ever stop thank You for having chance to learn in this major!

The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.

Comments

  1. greaaat! i know you need that subject and you'd love to join that class!! hehehe...that's why i told you (i only tell students with great passion in journalism. klo yg ga niat pasti males, udah tinggal skripsi, ngapain kul??)
    Well, i also told arum last tuesday, kalo ga ada halangan dia juga mau join kok hehehe...
    Saya juga akan sit in kalo ga rapat dinas!
    So, welcome to that excited class!!

    ReplyDelete
  2. yeeesssss!!!!! thank u misss for telling me this class and the lecturer!!!! XDDDDDD
    soooo exciteddddd!!!!!

    ayok ayok ayok gabungggg!!!!!!!
    ayok ayok sit innn!!!!!!
    tambah banyak tambah seru pasti!

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!