The Nail and The Hole



Dicky baru saja memperoleh seperangkat perkakas bekas milik ayahnya. "Ini untuk kamu belajar bertukang," ujar ayahnya. Girang dengan 'mainan' barunya, bocah berusia 7 tahun tersebut mulai mengambil dua peralatan favorit ayahnya, paku dan palu. Dia berjalan menuju pojokan halaman rumahnya. Di sana terdapat sebuah papan kayu lapuk yang sudah tak terpakai, bekas daun pintu lama mereka yang sudah rusak termakan usia. Dicky mulai memalu kelima buah paku tersebut.

"Dok Dok Dok!!!!!"
"Dok Dok DOK!!!!"

Dalam beberapa menit, kelima paku itu telah menancap dalam di permukaan daun pintu lapuk tersebut. Beberapa saat kemudian, ayahnya menghampiri Dicky di pojokan halaman tersebut.

"Loh, Dicky, kenapa kamu memaku di daun pintu ini? Daun pintu ini kan mau Papa cat ulang untuk pintu ruang belajar baru mu."

"Ah... maaf Papa.. DIcky tidak tahu... Dicky kira daun pintu ini sudah tidak berguna... Ya sudah Dicky cabut ya paku-pakunya," ujar Dicky sambil menyesal.

Lalu ayahnya berkata," Dicky, sekalipun kamu mencabut paku-paku tersebut, lubang yang sudah terbentuk di sana tidak akan hilang. "

Dicky lalu menyahut," Loh, bukannya nantinya juga akan dicat ulang oleh Papa? Pakunya sudah tidak ada kok, sudah bersih lagi pintunya."

Ayahnya menjawab, "Tetapi lubang dari paku yang kamu tancapkan di sana, tetap ada."

***********

Terlahir sebagai orang berkepribadian Koleris, saya tidak pernah takut menghadapi konflik. Tidak takut terlibat dalam konflik, dan tidak takut menyebabkan terjadinya sebuah konflik. Karena bagi saya, konflik itu wajar dalam kehidupan kemanusiaan yang berdampingan ini. Selanjutnya yang terpenting adalah bagaimana kita membereskannya. Prinsip saya, tidak ada yang tidak bisa beres asalkan kita mau menghadapinya. So, konflik g masalah kan?

Nah, biasanya, jika terlibat dalam konflik dengan seseorang, saya keburu pengen cepat membereskannya. Biar beres, biar lega. Apalagi untuk hal2 yang memang dikarenakan saya secara aktif melakukan kesalahan. Misalnya, ketika saya sedang emosional dan mengucapkan kata-kata kurang berkenan. Di benak saya, gpp lah kelepasan dikit, toh nanti setelah dibereskan, juga 'beres.'

Nah, beberapa saat yang lalu saya sempet ngobrol sama seorang teman tentang masalah ini. Tentang teguran keras yang kerap saya berikan, jika seseorang telah melewati 'batas' etika (menurut saya). Kawan saya sempat berkata, 'konflik itu mungkin boleh diakhiri dengan baik, tapi perkataan apa yang sudah kamu lepaskan belum tentu hilang begitu saja dalam memori dia.'

Seketika itu saya mengingat sebuah perumpamaan yang diberikan dosen kelas Psikologi saya pada saat semester 1 dulu. Tentang paku dan lubang. Saya lupa, bahwa, perkataan ataupun perbuatan yang menyakiti seseorang di tengah konflik, bukan sekedar paku. Tetapi juga berarti lubang yang ditinggalkan. Bukan sekedar perkataan yang menancap. Tetapi efek dari perkataan tersebut yang tertinggal dalam hati seseorang.
Permintaan maaf, rekonsiliasi, pemberesan, restitusi, atau whatever apa pun istilahnya boleh membersihkan hati dari paku-paku. Tapi bukan dari lubang.
Jadi siapa dong yang bisa memulihkan lubang-lubang dalam hati kita?

Well...i believe that's not human's part.
That is God's part. Ada beberapa bagian yang memang tidak bisa dengan semudah itu dipulihkan oleh kekuatan manusia. Tapi bukan ini yang ingin saya bahas lebih lanjut.

Berangkat dari perumpamaan ini, saya jadi sadar. Memang betul kita tidak bisa menghindari konflik. Tapi saya juga tidak seharusnya menganggap remeh konflik dengan pemikiran 'nantinya toh bisa dibereskan.' So really watch out our statements and acts to others. Sewajar apa pun alasannya, sesulit apa pun kondisinya, tetaplah ingat, bahwa perbuatan kita hari ini akan meninggalkan 'bekas' dalam hidup seseorang.

Karena paku yang menancap akan meninggalkan lubang. Dan menutup kembali sebuah lubang, tidak semudah menancapkan dan mencabut paku.

The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.

Comments

  1. i've read the story once, and it spoke to me, coz i have a tendency to say something hurtful when i'm hurt/ angry. eversince that moment, i really control my words when i'm angry/ hurt. God really helps me. Thanks, God!

    ReplyDelete
  2. nice thought~ :)think twice before you do~

    sebuah teguran keras dan menyakitkan, atau mungkin kasar bukan mutlak salah orang yang mengucapkan bukan?

    it`s all about take and give :~)

    ReplyDelete
  3. @fel: masya ampun.. dasar... ujung2e kowe mbalik take and give yo... hahaha... itu dulu ya pemikiranku kok... but i change that a little bit after realizing more about the hole... next.. i'll post about ur 'take and give' issue... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!