Goodbye Akong

About Grandpas
Sebenarnya, sudah sejak beberapa minggu yang lalu saya pengen post tentang grandpa-grandpa saya. Karena beberapa bulan terakhir, saya 'mau gak mau' pasti memikirkan mereka berdua. Sekitar dua bulan lalu, grandpa dari papa, yang biasa saya panggil 'Kung-Kung' sedang dalam masa 'gawat-gawatnya' karena harus amputasi untuk kali kedua karena diabetes. Setelah itu berlalu, tak lama kemudian grandpa dari Mama, yang saya panggil 'Akong' harus rawat inap di RS, dipicu dari diare, yang ternyata berhubungan dengan kondisi ginjalnya yang memang bermasalah.

Beberapa minggu yang lalu, draft tentang Kung-Kung sudah jadi, tinggal mengedit beberapa bagian saja, tapi memang tidak segera saya post. Mengingat ada beberapa kejadian yang lebih 'aktual' dan melegakan untuk di post-kan. Draft untuk Akong? Belum saya buat, meski sudah ada bayangan. Bagi saya lebih susah menulis tentang Akong ketimbang Kung-Kung. Karena saya memang lebih dekat dengan Kung-Kung, baik secara geografis (kita serumah), dan psikologis (secara karakter saya memang lebih mirip keluarga Papa, bukan Mama).

Akong

Sudah semenjak hari Senin (17/08) kemarin kondisi Akong tidak stabil. Sebentar tidak sadar, sadar lagi. Senin sudah menjadi hari cukup mengharukan. Akong divonis maksimal bertahan hingga hari Selasa. Yang mengejutkan, Selasa kemarin kondisi Akong agak membaik, ia tidak perlu bernafas menggunakan respirator. Dan Akong, yang selama ini selalu kaku dan atheis (tidak percaya siapa-siapa kecuali dirinya sendiri), meminta untuk dibaptis. Bahkan ketika didoakan oleh teman-teman gereja Ama selama terbaring di rumah sakit beberapa minggu lalu Akong masih bersikeras tidak mau menirukan ucapan iman kesembuhan tersebut. "Saya gak mau ngomong, saya percaya di hati kecil saya, saya percaya Tuhan. Tapi saya gak mau ngomong."
Kontras sekali dengan respon kemarin. Ketika besuk kemarin malam, mama dengan tersenyum bilang ke para cucu-cucu, "Ayo.. salaman sama Akong, sekarang Akong sudah jadi anak Tuhan loh..." Namun, siang hari tadi, kondisi Akong kembali tidak stabil. Dan sekitar pukul 2 siang, Akong tiada. Setelah Ama berbisik kepadanya, "Fuk, tenang ya kamu.. Kalo mau pergi, pergilah..."

********
The Memories
Jujur, kenangan saya tentang Akong tidak sebrapa banyak. Karena kita memang tidak terlalu sering bertemu. Biasanya memang sekitar sebulan sekali pasti ada makan bersama keluarga dari mama di rumah Akong-Ama. Perayaan pasti lainnya adalah Ultah Akong, Ama, dan juga Imlek. Setiap kali mereka ultah, kita pasti foto bersama, lengkap dengan kue tart dan lilin angka sesuai usia mereka. Ya, keluarga mama memang tipikal keluarga yang menyimpan kenangan seperti itu dengan rapi. Singkatnya, dokumentasi untuk hal-hal seperti itu pasti tersimpan dengan rapi.

chinese new year 2008 @ AKong's home

Akong sendiri, sepengetahuan saya adalah pribadi yang kalem. Tidak banyak bicara. Selain itu, orangnya juga termasuk kaku, agak susah dinasihati. Jika ia sudah berprinsip pada satu hal, sangat susah memberikan pengertian. Saya sih tidak terlalu mengerti karakter Akong secara detail. Namun, jika melihat dari karakter anak-anak hasil didikannya (termasuk mama), saya melihat Akong sebagai pribadi yang disiplin, safe player, dan menikmati hidup. Dan, satu hal yang saya lihat paling menonjol dari keluarga mama: tipikal keluarga dengan bibit 'cantik.' Jika melihat foto-foto keluarga besar dari mama, tentu akan terlihat perbandingan mencolok dengan foto keluarga besar dari papa. :)
At least, orang-orang dari keluarga mama terlihat lebih fotogenik dan luwes di depan kamera. Saya yakin, itu pasti ada pengaruh dari Akong juga.

Bye bye Akong
Jujur, kepergian Akong bagi saya secara pribadi di luar prediksi saya. Setelah beberapa tahun terakhir bergelut dengan masalah kesehatan 'Kung-Kung', saya sempat berpikir bahwa Kung-Kung lah yang kemungkinan akan 'pergi' lebih dahulu. Ternyata tidak demikian. Dengan kondisi kesehatan yang saya sangka lebih 'adem ayem', dan hanya dipicu oleh 'diare' (bukan kaki membusuk seperti Kung-Kung), justru Akong yang pergi lebih dahulu.

Tapi saya percaya, Akong pergi dengan damai. Karena dia akhirnya mau percaya dan mengakui, kepada siapa ia akan berlabuh. Salah seorang tante saya sempat berkata, 'sepertinya Tuhan sengaja memberi kesempatan satu hari lagi di hari Selasa supaya Akong bisa mengakui keberadaanNya.'

Saya memang ga terlalu deket dengan Akong. Tapi, saya mau mengucapkan Terima kasih buat Akong. Makasih ya sudah ada di dunia ini, sudah mendidik mama saya hingga menjadi seperti ini. Terima kasih buat nilai-nilai yang diberikan dan akhirnya diturunkan pada saya. Terima kasih buat nuansa rumah sederhana, rapi, nan hangat tempat kita biasa berkumpul.

Deng Hok Deng Xiu* Akong !

*Deng Hok Deng Xiu adalah kata yang selalu kita ucapkan ke Akong/Ama setiap kali mereka berulang tahun. Artinya kurang lebih 'panjang umur.' Terakhir kali kita mengucapkannya adalah saat Akong masuk ICU hari kedua beberapa minggu lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 83.

The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.

Comments

  1. Len...turut berduka cita atas buat kamu, Ding Dong n sekeluarga.

    ReplyDelete
  2. it's a sorry for the family, but it's a happiness for him for he's been with the Author of his life :)

    ReplyDelete
  3. yes i know that was wonderful miss... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!