Real Giving isn't that easy

(Lagi-lagi), saya 'diuji' dalam hal memberi. Memberi yang tidak mengharapkan feedback. Memberi yang seutuhnya, yang terbaik yang bisa saya beri, meski yang diberi seakan tidak (akan pernah) menyadari apa saja yang harus saya korbankan untuk memberi kepadanya. Semenjak awal memutuskan untuk mulai memberi, banyak di sekeliling saya yang mulai protes. Mereka bilang, "Nggak usah lah, ga ada untungnya. Orang yang diberi loh gak tau diri." Saya tetap berpegang pada satu motivasi. Saya mau memberi tanpa mengharap apa pun kembali, karena saya sadar itu juga yang dilakukan Tuhan untuk diri saya. Jadi, saya putuskan untuk tetap memberi yang terbaik.

Tapi, dalam setengah perjalanan ini, rasanya begitu banyak kejadian melelahkan yang membuat saya ingin berhenti saja. Atau mungkin melanjutkan dengan motivasi yang jelas berbeda, 'toh ini separuh jalan penderitaan....' Belum lagi ditambah setiap pikiran dan perkataan negatif macam 'dasar gak tau diri, udah diberi segini enaknya masih bertingkah gitu..'

Sebenarnya tidak ada yang protes dengan perubahan mind set saya. Saya loh gak kirim ke surat pembaca, tulis status secara vulgar di fb, gossiping around, atau whatever yang konkret terbuka dan ofensif. Tapi saya merasa perubahan ini sangat tidak menyenangkan. Entah saya yang merasa 'menjilat ludah sendiri' -sudah tau bakal begini tetap saja sok idealis- atau merasa tidak mampu menjalani apa yang sepertinya sudah diperkirakan sebelumnya.

Menyamakan saya dengan apa yang dilakukan Tuhan memang sangat gak mungkin. Saya loh gak sampe jadi juruselamat yang berkorban darah dan daging. Yang saya korbankan 'paling' hanya waktu, ide, kondisi fisik, mood, dan entahlah apa lagi yang jelas gak sampe dicambuk dan disalib. Tapi tetep saja... rasanya marah, jengkel, sakit hati, diblender jadi satu waktu ngeliat kita udah susah payah gini gitu, tanpa minta apa pun, tanpa orang itu ngerti se-berharga apa pengorbanan saya...

Apa seperti ini ya perasaan Tuhan pas saya juga gitu? Apa Tuhan membawa saya ke situasi ini agar saya bisa mengerti perasaanNya? Ato ini hanya efek antibiotik Cefat 500mg yang sudah saya tenggak sebanyak 6 butir selama 2 hari ini?

Saya cuma mau percaya kalo segala kejadian di hidup ini akan membawa saya mengenal yang namanya kebaikan lebih dan lebih lagi...



And All You Can Do Is Keep Breathing...

Comments

  1. Memang susuh banget untuk memberi dengan tulus dan tanpa mengharapkan feedback, seperti teladan Yesus..
    tapi aku setuju kalau kita harus terus memberi tanpa harus mendengar opini bahwa respon dari orang sekitar maupun orang yang kita beri, yang penting kita udah melakukan apa yang menjadi bagian kita...aku setuju banget dan sesuai dengan moto hidupku "DIBERKATI UNTUK MEMBERKATI"...hehehe

    ReplyDelete
  2. Woi, ayo tun km seng nyemangati aku juga ne ngasi ato berbuat sesuatu ke orang laen wes ancen mesti ikhlas... meski seng dikasi rodok ga tau diri... ayo tun smangat...

    ReplyDelete
  3. @ chell: yea, diberkati u/ memberkati. sounds great!
    @ jess: thanks tun.... kadang emang mesio wes ngerti mana yg bener, bahkan sudah memberi nasihat k orang u/ begitu, pas njalani tidak semudah itu... anyway thx 4 reminding me, kalo aku pernah ngasi saran serupa! no more dark n twisty! hehehe

    ReplyDelete
  4. I'm doing it right now and it really hurts. Feel hurts coz sometimes I forget that I'm doing this not for myself or others...I'm doing this for Father.

    I like the part when u wrote,
    "Apa seperti ini ya perasaan Tuhan pas saya juga gitu? Apa Tuhan membawa saya ke situasi ini agar saya bisa mengerti perasaanNya?"

    That's so relieve...thanks for the post, Len!

    ReplyDelete
  5. thks juga vin... sometimes human basically understand what the truth is, they just need someone to emphasize that! And i think ur confirmation makes me relieve too. That i've done the right things, while i give for Him, not for any other human include myself... Let's giving!

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!