Perjalanan Panjang Menuju (Jurnalistik) FIKOM: KENAPA SIH MASUK FIKOM?

Dalam posting sebelumnya, saya menceritakan bagaimana akhirnya saya sampai mantap memutuskan masuk Fikom. Landasan utamanya dua: saya merasa 'diarahkan' dan yang kedua, pastinya saya ada minat dalam bidang yang dipelajari jurusan tersebut. Dan saya tidak menyadari, bahwa ada segudang tanda tanya yang masih harus saya lewati semenjak hari itu. Hebatnya, ketika saya perlahan akhirnya menemukan jawaban dari setiap tanda tanya itu, saya akhirnya ngerti, HOW GREAT IS OUR GOD's PLAN. Dan FIKOM, adalah salah satu JALAN yang digunakanNya untuk memoles saya habis-habisan.

PERTANYAAN SUPER DUPER KLISE: KENAPA MASUK ILMU KOMUNIKASI?
2,5 tahun lalu. Ya, saya masih ingat jelas. Sekitar Juni 2006, Saya belum masuk kuliah, sedang menemani Papa menghadiri makan malam membosankan bersama para koleganya. Saya duduk di meja para anak, sedang para bapak duduk di meja terpisah. Beruntung ada anak teman papa yang saya kenal, pikirku. Sampai timbullah suasana aneh itu.
"Ilmu Komunikasi." Begitu jawab saya ketika ditanya bakal kuliah apa. Dan beberapa orang mulai bisik-bisik, sambil nyeletuk," Enak loh masuk Fikom,nilainya gampang dapet A." Pikirku waktu itu, "Gundul.. mbok pikir aku masuk Fikom cuma pekoro isa dapet A?"
Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan super-duper klise- sangat terbaca dari mimik wajah dan setiap denyut nadi mereka (hibol): "Kamu kenapa sih masuk Fikom?"
Jawaban saya, ya apa adanya: karena saya suka dengan bidangnya. Mereka tetap saja kusak-kusuk, dan kesimpulannya, secara gak langsung mereka bilang bahwa Jurusan Bisnis Internasional (no offense), Teknik, dsb adalah Jurusan yang lebih memungkinkan 'sukses' in a real world. Yea, whatever...

FIKOM = KUMPULAN YANG CUMA BISA NGOMONG/ SKILL-LESS
Kalo dipikir-pikir, wajar juga kenapa banyak orang yang nanya gitu. Jangankan mereka, saya aja gak pernah mbayangin bakal masuk Jurusan Ikom yang 'apaan sih ini?' Seingat saya, dulu saya juga sempet jadi penganut kepercayaan FISN: FIkom itu Sekolah Ngomong. Atau FISM: Fikom itu Sekolah MC. Atau FCBOC: Fikom Cocok Buat Orang Cerewet. Atau yang paling ngenes (ini juga justifikasi pribadi saya kok) FKOGN: Fikom Kumpulan Orang Gak Niat. Males Ngitung (Kerjaan anak Teknik), Males Ngapal (Kerjaan anak Ekonomi), ora isa nggambar (kerjaan anak desain/ arsitek), Bondo Ngomong (Jurusan paling 'gampang!'), Masuklah Fikom.

Apalagi di kala itu, latar belakang akademis saya cukup oke lah. Lulusan SMA Petra Manyar, Jurusan IPA, nilai akademis di atas rata-rata, aktif organisasi, lincah dan mungil (nah lho?) ;p. Yang sepertinya, menurut pendapat mayoritas masyarakat, 'eman-eman' alias 'ga worthed' kalo masuk Fikom. Lha terus kalo Fikom dipandang rendah, apa boleh Teknik Industri, Teknik Sipil, Kedokteran, IBM, ato minimal Manajemen dianggap sekolah elit?
2,5 tahun yang lalu, pemikiran saya cuma sebatas itu. Cuma sebatas mencari keadilan, dan emansipasi dari dunia Fikom. Kenapa kalo temen saya yang mungkin 'biasa-biasa' aja seakan harkat martabatnya naik begitu kuliah kedokteran. Sedangkan kalo masuk Fikom, gak pandang bulu orang e kayak apa, langsung dianggap masuk lumpur hisap, mati pelan-pelan dalam genangan tanpa dasar. Meski saya punya dua landasan: God's plan dan Minat. Saat itu, saya gak bisa kasik argumen banyak, lha wong belum njalani Fikom itu piye. Ato dengan kata lain, saya gak bisa asal ngomong besar kalo belum punya bukti konkret. Pikiran saya, ya nanti kita lihat lah gimana jadinya.

PERJALANAN 5,5 SEMESTER
Hampir dua setengah tahun. Saya mencari jawabannya. LEwat proses setapak demi setapak, saya semakin menemukan titik terangnya. Jawaban yang awalnya hanya berupa keyakinan, namun susah diungkapkan dengan kata-kata, sekarang dapat saya deskripsikan, eksposisikan, eksplanasikan, bahkan persuasikan kepada seluruh masyarakat, yang kerap kali bertanya-tanya: KENAPA SIH MASUK FIKOM, FIKOM KAN SEKOLAH MC, WARTAWAN, GAMPANG DAPET A.

*inti dari tulisan ini pernah saya muat di Buletin Fikom (Motion) sekitar tahun 2007 dengan judul "CAP". At that time, I still don't get the real answer. And now? Here it is!
---> Wait for the next post....








And All You Can Do Is Keep Breathing...

Comments

  1. Ini comment post mu part 1 n part 2 ya..

    Thanks udah post ini...Post kali ini tulisannya tajam banget dan ini semacam solidaritas dari para Fikomers..Jadi sebagai seorang fikom aku mau ngomong thanks..

    Tapi, jujur..dari awal aku sih nggak pernah sampe ngrasa Fikom itu jurusan inferior. Emang banyak orang ngremehin Fikom tapi aku cuek karna aku nganggep mereka nggak tau apa2 (buat apa dengerin orang ngomong yang mereka nggak ngerti apa yang mereka omongin?)

    Di Fikom, kamu punya cara pikir yang lebih tajam dan dapet kesempatan diajar sama orang-orang hebat kayak: Pak (Guru Besar) Thomas Santoso - My favorite Lecturer Ever-, Pak Ronny Mustamu dan Pak Djoko..

    finally, like u wrote...let's see what happen next...Forza Fikom!!!

    ReplyDelete
  2. Aku bilang sih sangat bagus kalo seorang dari jurusan IPA mau belajar lebih lanjut mengenai cara untuk menjadi komunikator. Banyak sekali orang yang punya pandangan buruk mengenai sains hanya karena 1 hal, kebanyakan dari para ilmuwan tidak benar2 mengerti bagaimana caranya menyampaikan suatu hasil penelitian kepada publik.

    Contoh yang paling sederhana bisa dilihat dari banyaknya protes yang diterima ketika Large Hadron Collider (LHC) mulai beroperasi. Hal ini disebabkan karena sebelumnya dikabarkan bahwa mesin ini dapat membuat black hole. Karena masyarakat awam punya stigma yang mengerikan mengenai black hole, akhirnya percobaan ini banyak diprotes.

    Padahal jenis black hole yang dapat dibuat di LHC adalah jenis micro black hole yang akan menguap dalam waktu beberapa waktu Planck (1 waktu Planck = 5.39124E-44 detik) saja. Tidak akan ada cukup waktu untuk micro black hole ini untuk menghisap apapun yang dapat membuat black hole ini bertambah besar.

    Jika saja komunikasi antara para ilmuwan dan masyarakat dapat berjalan dengan baik, kekhawatiran tak berdasar seperti ini tidak akan mungkin terjadi.

    ReplyDelete
  3. @ jak: wah sebagai sesama fikomers, tentunya bangga donk akhirnya bisa posting ini... hehe thanks.. forza fikom jg... wah, dosen yg sempet kena cm bung joko doank....

    @ fendy: wah, this is the 1st time aku dapet argumen 'pembelaan' dari sisi science. Nice thought. So we all do need this communication stuff! and it is still worthed to be learned!

    jadi siapa bilang, memperdalam ilmu komunikasi is 'just' about ngoceh? Poor you, Fool you!

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!