BAB 1.1 LATAR BELAKANG

Buat para mahasiswa, judul ini tentu gak asing lagi.... Proposal, Makalah Ilmiah, Laporan Magang, Kolokium, Skripsi, dll dll tentu semua diawali dari Sub Bab ini...
Dan biasanya.... ini adalah sub bab yang terkenal dengan bagian 'nggombes' alias 'ngarang indah nan manis namun meyakinkan.' Padahal kalo waktunya sidang ato ujian pertanggungjawaban isi laporan/ makalah/ proposal, Sub Bab 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu yang paling banyak dibantai. Latar Belakang harus kuat, keterkaitan dengan temanya kudu jelas, ide nya kudu unik. POkoknya kekuatan sebua penelitian/ kegiatan berawal dari pemikiran Latar Belakang yang mantap.

Yha... saya awalnya netral2 aja... toh it's just sebuah 'penelitian ilmiah.' Ya emang masuk akal kalo latar belakang harus kuat blablablabla...

Tapi ternyata pengaruh kekuatan sebuah latar belakang tidak hanya berlangsung dalam perkuliahan saja, bahkan dalam kehidupan saya, dan sepertinya... kehidupan semua insan yang menyebut dirinya manusia.

Saya baru menyadarinya ketika mengalaminya sendiri, personally. Jadi begini... beberapa waktu yang lalu... saya baru mengetahui... bahwa ternyata beberapa orang telah mengerti sebagian 'intrik' yang baru terjadi dalam hidup saya pada tahun 2008 kemarin. Dan yang agak menyebalkan, kisah tentang intrik yang mereka serap itu tidak sepenuhnya berupa fakta, namun mendapat pencampuran opini dan interpretasi dari komunikatornya. (Wih... istilah komunikasiku mantap abissss!!!!! heheehehe)
Dan berhubung para penikmat kisah itu bukan orang yang dekat dengan saya (Notabene kurang mengenal diri saya), sepertinya mereka menelan lahap-lahap kisah yang cukup subyektif tersebut. Dan akibatnya... sepertinya mereka punya sebuah 'persepsi' tentang diri saya. Well dalam tahap ini, saya udah gak ngerti apakah persepsi itu positif atau negatif.

Awalnya saya sempat peduli. Dengan persepsi yang mereka miliki. Bukan karena saya ingin semua orang punya persepsi positif tentang diri saya. Tapi karena para penikmat kisah itu saya anggap sebagai orang2 yang berada dalam area cukup dekat dalam hidup saya. At least, they're not stranger, yea. Mereka adalah orang-orang yang masih saya sebut 'teman.' Dan untuk orang2 yang saya sebut teman.... saya selalu berusaha menjaga hubungan yang baik. Dalam artian... saya pengen segala sesuatu di antara kita jelas... Clear! G ada kepalsuan. Kalo ada yang g jelas atau salah, they can ask me. Dan sebaliknya.

Tapi akhirnya... sekarang saya jadi gak peduli.

Bukan karena akhirnya saya memutuskan mereka bukan lagi teman. Tapi kembali lagi... saya jadi menyadari. Perbedaan latar belakang yang kuat adalah salah satu alasannya. Sekalipun itu bukan alasan utama yang mutlak.

Perbedaan budaya, cara didikan, dan lingkungan ternyata sangaaattt berpengaruh dalam perkembangan pola pikir seseorang. Dan sedihnya.... terkadang perbedaan pola pikir itu sangat mudah membentuk perbedaan persepsi... yang susssaaaah kalo mau dibongkar satu per satu.

Belum lagi... perbedaan latar belakang pemikiran tentang sebuah hubungan. Relationship, Partnership, even Friendship. Bagaimana sih mereka mengartikan sebuah pertalian hubungan antar manusia? Ini juga susah lagi...

Play Safe. Itu adalah salah satu pilihan favorit orang2 untuk menjalin sebuah hubungan antar manusia. Maksudnya, banyak orang yang pilih untuk menjalin hubungan (entah kerja, persahabatan, cinta) dengan orang yang memiliki latar belakang semirip mungkin. Dulu saya ga ambil pusing dengan persoalan latar belakang ini, apalagi kalo masih dalam level hubungan persahabatan.

Sekarang? Well... Tidak 100% sama. Semenjak ada cerita barusan... saya memang cenderung lebih hati-hati. Paling tidak, dalam mengartikan sebuah jalinan pertemanan. Teman biasa, its ok. Tapi kalo udah masuk kategori teman satu guyub (belum sampai ranah sahabat). Ini baru mulai mikir lagi.

Saya sama sekali gak menyalahkan perbedaan latar belakang. Itu adalah sebuah kekayaan yang harus dipelihara. Just.... kali ini... saya ingin lebih smart dalam mengambil sikap.

Hmmm.... yang jelas peristiwa ini adalah pembelajaran luar biasa buat saya.

1. Bukan mau belagak jadi artis infotainment. Tapi saya sekarang bener2 bisa menghayati statement andalan para artis yang berusaha cuek sama gosip. "Saya gak mau ambil pusing dengan gosip yang beredar. Yang penting keluarga dan orang terdekat saya ngerti kisah sebenarnya tentang saya."

2. Saya jadi sangaaattttt mengerti prinsip jurnalistik tentang 'bahayanya pencampuran opini ke dalam sebuah berita.' Atau 'keberpihakan dalam sebuah pemberitaan.' Wiiihhh bener2 nguerti pokoknya!!!! (True Story emang pembelajaran paling mengena)

3. Saya jadi bener2 ngerti... Siapa orang-orang yang memang beneran mengenal saya luar dan dalam. I really thank God for having you guyss!!! Now i know how precious you are!

4. Saya belajar memberi tanpa meminta balas blas ataupun menghitung untung rugi.... Bahkan meminta sebuah persepsi yang baik pun. Not at all... (and it feels soo hard... But i'll keep trying)

5. Dari yang awalnya hobi rekonsiliasi, kali ini saya belajar untuk diam. Selain karena saya sudah ketinggalan kereta, merekonsiliasi kisah yang sudah agak expired itu sepertinya hanya agakn mengorek cerita lama dan mungkin tambah mencemarkan beberapa nama baik bahkan merusak hubungan persahabatan. Dan diam itu ternyata susahnya amit2....

6. Persamaan latar belakang sangat membantu untuk memahami pola pikir seseorang... mengapa dia sampe mengambil keputusan seperti ini, dsb.

7. Dan bagusnya.... solusi utama yang saya dapat dari kisah ini bukanlah berhenti menjalin hubungan dengan orang yang berbeda latar belakang. Tapi... semakin memperkaya latar belakang berbagai macam orang. Dan belajar open minded. Karena sekali lagi. Saya percaya... perbedaan juga berarti sebuah kekayaan kok.

8. Lha gara2 ini... saya jadi doyan melihat kisah2 biografi orang2 'hebat' dari zaman masa lampau. Bahkan mereka yang sering dihujat 'kebobrokan mentalnya.' Karena memang benar, Bab 1.1 Latar Belakang sangat berpengaruh dalam kisah hidup seseorang.

Never judge a book from it's cover!
Even it's story!

You should check the background.
And Imagine if you're in that position.

Comments

  1. hahahhaaaaa....
    aman2..
    maksudQ, kalo bukan orang yang kamu uneg2in langsung, pasti kagak tahu nih cerita apaan!
    heheheee..
    yah, paling ga, ada hikmahnya, lah..
    ente jadi bisa ngerti yang mana yang bisa dijadiin tempat sampah (t4 curhat,dll), n yang mana yang ga!
    trus, yang mana yang perlu dipikirin, yang mana yang perlu diresapi, yang mana yang cukup diketahui n dibicarakan aja.
    hehehheee
    yang paling penting, kuliah di ikom ini juga makin berguna kan!
    HUAHAHAHAHAAAA...
    yah, apapun keputusan finalmu dalam masalah ini, yang penting udah kamu pikirka baik2..n aku lihat selama beberapa hari juga ente cukup pintar menahan diri, menahan emosi, n menjaga keadaan serta atmosfir ruangan baik2 saja!
    u knoe wha i mean, lah!
    well....
    tetap jalani aja hidup sambil lebih WASPADA!
    hehehee..
    orang yang pandai tidak berarti tidak pernah gagal, tapi orang yang pandai, mampu memetik hikmah dari kegagalan tersebut!
    SALAM SUPER!
    -u should watch golden ways!-

    ReplyDelete
  2. memang bener kata eva!
    saya memang nggak ngerti ini cerita apa hahahaha....

    *ups! serius mode on*
    tp saya percaya Len, apa yg baru aja kamu alami pasti membuat belajar dan jd makin kuat!! makin mengerti realita kehidupan, dan makin siap menghadapi tantangan2nya!

    SEMANGAT!!
    GBU

    ReplyDelete
  3. iya.... maaf buat para pembaca yang gak ngerti apa maksud posting ini... ato mikir 'apaan sih ini, mbulet banget..'
    karena pada dasarnya ini posting untuk melegakan uneg2 saya...

    saya tahu saya harus diam, tapi pada dasarnya gak bisa diam2 banget...
    ya jadinya tersampaikan lewat posting model gini lah...
    berupaya cerita, tapi ga mau menceritakan pokok permasalahannya...

    hahahahaha

    thx 4 encouraging me guys!!!

    ReplyDelete
  4. All i can say is this post is the sequel of the previous post (Diamku) isn't it?

    what a complicated friendship situation...thank GoD i've passed that situation hahahaha...

    but, i believe this problem will make you stronger (ingat SUPER card!), good luck!

    ReplyDelete
  5. yep vin... ini emang sekuel dari diamku.

    Diamku itu dibuat ketika saya memutuskan untuk diam.
    Dan sequel ini dibuat karena saya ternyata gak bisa diam.
    hahahhaa...

    yes it looks and hears like complicated.
    aslinya ya gak rumit2 banget.
    ato mungkin karena aku ga menyangka peristiwa se-simple itu, isa berdampak seperti ini ya?

    Makes me stronger... well, i guess yes...
    Though it gave a little shock in the beginning of this 2009.

    wah... kamu juga pernah ada situasi gitu ya? kapan2 cerita2 deh... saya sedang banyak mengumpulkan suggestion ttg peristiwa serupa soalnya... hehehe

    thx anyway!

    ReplyDelete
  6. Aaaaa saya bingung mo nulis apa wakakakakak
    pengalaman len...pengalaman...
    positifnya km bisa lihat berbagai macem campuran warna di kanvas dunia ini XD

    ReplyDelete
  7. wuah bahasanya jurnalistis banget..
    tapi aku ga ngerti apa2 (although i do have an assumption)..

    Keep Moving Forward
    Aristian..

    ReplyDelete

Post a Comment

thanks!