School: Now and Tomorrow.

P: "Sekolah sampe S1 aja ya! Gak usah S2 segala! Ngapain S2, ujung-ujungnya jadi dosen kamu!"

V: "Iya, Saya juga gak suka sekolah. Ngapain S2, saya juga gak mau jadi dosen!"

i guess i'm wrong.
i have to swallow all my words, now.
:D

*********


1st. Continuing my study.
Bagi yang cukup mengenal saya, semestinya paham, saya bukan tipe orang akademis. Saya suka belajar, but honestly, not in the classroom. Saya enggak suka teori. Konsep itu menarik jika hanya sebagai konsep yang dipahami sebagai sebuah 'tambahan' senjata untuk guidance. Mau dipakai atau nggak, suka-suka orangnya, lihat-lihat kondisinya, tergantung selera orang juga. Makanya saya sebel sama model kelas yang 'pemaksaan', mencekoki konsep-konsep teori tanpa diberi pengarahan apa tujuan praktikalnya. Disuruh cuma ngapal sama ngapal aja. -.-

Dan karena model-model pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia (at least selama 18 tahunan saya enyam), tipikal cekok-cekokan gitu, saya kurang begitu suka sekolah, untuk urusan belajar murni 'konsep' dan 'teori' yang diapal.
Eh beruntung, Bapak saya yang emang bukan orang akademisi sama sekali (SMA aja gak lulus soalnya kebanyakan nyontek dan bolos nyahahaha. ups!), juga sangat tidak menyarankan saya melanjutkan studi selepas S1. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. yey!

Eh , eh, dan eh. Entah gimana dan bagaimana, saya bisa terkena serangan labil juga. Karena satu dan lain hal, ada keinginan cukup besar dalam diri saya, untuk belajar lagi. Belajar yang bener-bener dalam lingkup akademis. S2. Studi lanjut. Belajarnya tentang manajemen pula, ilmu yang dulunya saya hina-hina bisa dipelajari secara otodidak. (Heran deh, saya ini *kualat* kali ya kebanyakan menghina. Dulu menghina Ilmu Komunikasi, masuknya S1 Ilmu Komunikasi)

Nah, terus dan lalu dan kemudian (apa sihhhh), as usual, akan timbul berbagai FAQ:

1. Hah?? Abis S1 langsung ambil S2 lagi? Percumaaa... gak ada pengalaman mau langsung S2, gak ada gunanya lagiii...

2. Dari komunikasi ke manajemen? Gak nyambung dong? Yah ujung-ujungnya bisnis lagi, percuma dong S1 kamu?



3. Ngapain sih S2?? Yang penting kan tujuan akhirnya cari duit..

Hahahaha. Dan hebatnya FAQ itu adalah FAQ yang memang sering saya siniskan ke orang-orang di sekeliling saya yang biasanya ngambil S2. Ya persis itulah pertanyaannya! Makanya, ketika menghadapi orang-orang yang mengajukan pertanyaan begituan, saya seringkali tertawa. Di dalam hati dan beneran. "Ya ampun Tuhan, kena sambet apa sih saya ini kok bisa yaaa berubah konsep mikirnya. Menelan ludah dan bahkan menjadikannya teh manis hangat-hangat dan menikmatinya *halah* XD"

Ok, Let's answer to them (and to myself):

1. Yes, benar. Di atas kertas, kuliah S2 tanpa background pengalaman kerja itu kurang maksimal, kurang tajam. But to be honest, sekali lagi, itu kan buat orang normal. Yah tau sendiri, saya agak gak normal, nekatnya, nyalinya, pe-de nya maksudnya. Ahahahaha!

Saya cukup percaya diri dengan pengalaman organisasi gila-gilaan saya selama SMA, pengalaman kerja freelance sana-sini zaman kuliah, gemblengan Papa dengan kisah-kisah bisnis di sekitar kami, 'magang' everlasting setiap nganggur atau libur di toko tradisional Papa, serta perjumpaan dan pembelajaran mengenai berbagai macam karakter serta latar belakang orang-orang dari pergaulan saya di berbagai komunitas yang beragam. :D

Saya anggap, kumpulan keping-keping pembelajaran 'tidak formal' tersebut mampu dikonversikan sebagai pengalaman kerja full time 'minimal 2 tahun' yang biasa menjadi persyaratan ideal seseorang untuk S2 (angka 2 tahun didapat berdasarkan survey tentunya). Well, tapi tentu penjelasan panjang lebar mengenai 'konversi' tersebut tidak bisa dijelaskan dengan mudah ketika seseorang bertanya : "Sudah kerja berapa lama emang?" Hehe. Jadinya jawaban saya biasanya adalah "Oh belum pernah kerja. Habis S1 langsung ambil S2." --> sambil tersenyum penuh makna, tentunya. XD

2. Oh yea, betul sekali. Justru karena bisa gak nyambung itu saya ambil! Hahaha! Lucky me, saya bisa menemukan jurusan yang justru menjadikan 'ketidaknyambungan' bidang studi tersebut sebagai karakteristik pembelajarannya. Yea. MBA alias MM (di Indonesia istilah MBA kudu berganti menjadi MM supaya tidak keminggris gitu.. :p), memang memiliki keunikan di keberagaman latar belakang studi S1 mahasiswanya.

Justru dari sana, berusaha ditarik diskusi serta penggabungan berbagai pola pikir yang berbeda. Dan hey, siapa bilang saya melupakan ilmu S1 saya? FYI, my final goal is making a business in creative field, one of them is media. Dan pastinya, kedua jenis studi tersebut sangat-sangat berguna dalam perkembangan pola pikir saya untuk meraih tujuan tersebut. Dan poin penting yang terakhir, saya sangaaat menikmati setiap proses pembelajaran dua jenis bidang yang berbeda tersebut. Very very much. :D

3. This last question is soo basic. Pertanyaan paling basic yang paling sering dipertanyakan juga, pada diri saya sendiri. Yes. Itu pemikiran saya selama mungkin hampir 5 atau 6 tahun. Ujung-ujungnya kan cari duit. Yes, betul.
But now, I change my mind. Tujuan akhir dari hidup ini adalah meraih tujuan itu. :D Tujuan yang sudah ditetapkan oleh pencipta saya. Dan bagi saya, itu lebih dari sekedar duit. Saya percaya kalo saya mengerti 'titik' itu, dan berusaha maksimal menuju 'itu', yang namanya duit itu 'PASTI' akan datang. :)

Dan ya, tujuan 'itu' saya adalah: "Making a creative company that'll help the youth to find their passion in life."
Dalam perjalanan menuju 'itu', ada kebutuhan dari diri saya untuk memperlengkapi diri saya lebih dari sekedar studi S1. Saya merasa 'belum layak', belum ditempa cukup proses untuk mencapai 'itu.' Dan akhirnya, S2 lah yang saya pilih untuk memproses diri saya. Secara pola pikir. Secara pengalaman hidup dan perluasan perspektif (karena akan hidup sendiri di kota lain dan bertemu banyak orang baru). Dalam hal ini, S2 adalah salah satu bentuk 'proses' yang saya pilih. Dan saya percaya, orang-orang lain bisa mencapai titik 'itu' dalam hidupnya melalui proses yang tidak harus sama seperti 'cerita' saya.
Intinya, saya tidak akan melangkah apabila tidak punya tujuan yang jelas setelahnya. :)

2nd, Teaching. Being a teacher, or lecturer.
That's not the thing I think to do, at least, in the next 1-2 years.
In the next 5 years, yea, maybe. Just maybe.
But until a week ago, I changed my mind. :D

Later, i think I'll share more about this topic.
But for now, for me, high school and campus moment have been my turning point.
And that's why, i wanna share what I've been thru, to another 'me' in those times.
That a youth, really really can be our golden time, to find our path.
To be maximum in the next level of life.

Again, things have changed.
We change.
The more we change, the more we'll know, who we are actually.
And what we've seeked for.
I see that.
The final destination is still there.
Just, there is a lil' improvisation, towards that point.

I'm excited.
Walking to that point, with a mixture of flexibility and umm surprising idea? :D
Thank you God for your inspiration, for your crazy idea
For whispering that wind and yea,
being my golden compass.

*anyway, Dear Daddy, I think we really have power in our own words. :p
Siapa sangka, anaknya, beneran S2, dan nantinya, akan jadi d****? XD
Can't wait to see your response while i'm telling you this. :p

DREAM Unlimited, LEARN the Unexpected, ACT Unconditionally

Comments